Sejarah
Menurut sumber yang penulis baca, seni bela diri debus pertama kali dikembangkan oleh salah satu sultan banten yang terkenal, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. Ketika kekuatan Banten dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajahan pedagang Belanda yang tergabung dalam Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Dalam bahasa Arab debus berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam, mengiris bagian tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, memakan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan. Mengerikan bukan bila kita cerna dengan akal sehat. Tetapi tenang orang-orang yang melakukan pertunjukan debus memiliki keahlian khusus yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang.
Syarat-syarat yang harus dilakukan oleh pemain debus, diantaranya :
- sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan.
- mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam.
- Pemain debus tidak boleh minum-minuman keras, main judi, bermain wanita, dan mencuri.
- Pemain juga harus yakin dan tidak ragu-ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.
Menurut sumber yang saya baca, setelah mengucapkan mantra “haram kau sentuh kulitku, haram kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu“. Maka pada saat itu juga ia menusukkan golok tersebut ke paha, lengan, perut dan bagian tubuh lainnya. Pada saat atraksi tersebut iapun menyambar leher anak kecil sambil menghunuskan goloknya ke anak tersebut. Anehnya bekas sambaran golok tersebut tidak ada meninggalkan luka yang sangat berbahaya bagi anak tersebut.
Kebudayaan Debus Sekarang
Dahulu kesenian ini sering dimainkan saat acara-acara keresidenan, bahkan tidak jarang debus sering menjadi hiburan pada saat pemilihan kepala desa, hajatan di kampung-kampung dsb.
Kesenian yang identik dengan silat dan sering memamerkan kekebalan tubuh ini memang semakin sulit kita temukan, mungkin karena sedikitnya minat pemuda banten untuk menjadi seorang pendekar Debus, ditambah jarangnya pertunjukan debus ini dimainkan di suatu event tertentu, sehingga mereka para pendekar debus enggan untuk menekuni profesi ini.
Nah, untuk itu. Bagaimanapun Debus adalah salah satu kesenian dan Budaya Indonesia yang harus tetap kita jaga dan kita lestarikan, jangan sampai kesenian ini jatuh dan diaku oleh Negara tetangga kita.
Gambar di bawah ini adalah salah contoh-contoh kesenian debus
ngeri banget ini gan.. apalagi yang make tusuk-tusukan.. ngeri gan...
BalasHapuslah iya namanya juga debus...kalo ga tusuk-tusukan bukan debus tapi topeng monyet...hehehehe...
BalasHapusah baru maen tusuk2 an,,, gue tiap hari maen bunuh2 an,,, biasa ajaa,,,
BalasHapus1 or 2 biji langsung mati sekali tabok...
nyamuk sialan
thanks infonya... mampir juga ke http://sistaeghy.wordpress.com/ :s:
BalasHapus