Pages

Digital Cinema : Virtual Screen

Sutradara film George Lucas menyatakan bahwa film yang berkembang pada abad pertengahan ke-19 mulai dikembangkan dari sebuah fotografi melalui media dengan menggunakan pita seluloid untuk menangkap dan merekam gambar. Teknologi ini menjadi dasar pembuatan sebuah film, Lucas menyebutkan bahwa pada akhir abad ke-19 sampai akhir abad ke-20 telah ditemukan pengganti sebuah pita seluloid yaitu teknologi digital yang merupakan awal baru untuk penggarapan sebuah  film dan bioskop. Teknologi digital membawa pengaruh besar dalam dunia perfilman mulai dari tahap pembuatan hingga tahap distribusi.

Digital Produksi dan Pasca Produksi

Sampai saat ini, proses pembuatan film yang masih menggunakan kamera pita seluloid 35mm atau 70mm, memiliki kualitas gambar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan proses pembuatan film yang menggunakan teknologi digital. Selain itu dengan menggunakan teknologi digital untuk proses produksi dan pasca produksi bisa menggunakan atau memanfaatkan komputer. Digital film dimulai pada akhir 1980-an ketika Sony membawa konsep ‘sinematografi elektronik, namun sayangnya inisiatif itu harus gagal. Pada akhir tahun 1990-an, dengan diperkenalkannya teknologi HDCAM dan mengganti nama menjadi ‘sinematografi digital’ yang proses pembuatannya menggunaakan kamera digital dan pada akhirnya teknologi ini mengambil alih untuk semua proses pembuatan film.

George Lucas merupakan orang yang sangat berperan dalam melahirkan teknologi baru ini, ketika pada tahun 2001 dia menggarap sebuah film berjudul star wars, dengan meggunakan Sony HDW-F900 HDCAM yang dilengkapi dengan lensa panavision camcorder high-end. High-end kamera menggunakan sensor tunggal yang ukurannya hampir setara dengan 35mm frame. Selain itu, pengambilan gambar dalam format HDTV progresif memberikan gambar yang berukuran 720-1080 pixel.

Penggunaan teknologi digital dalam proses produksi memberikan keuntungan, bila sebelumnya dalam penggarapan sebuah sinema, sinema harus dibuat dengan pita seluloid yang harganaya amat mahal. Pita seluloid 35 mm satu rollnya berharga empat juta dan hanya mampu merekam sepanjang empat menit. Berarti untuk membuat sinema berdurasi seratus menit dibutuhkan dana yang sangat besar. Sedangkan biaya untuk proses pembuatan secara digital  dibutuhkan dana yang jauh lebih rendah dibanding mengunakan pita seluloid. Untuk proses pengeditan secara digital, file bisa disimpan kedalm hardisk atau memori flash. Selain itu file nya bisa didownload dengan menggunakan sistem RAID (Redundant Array of Inexpensive/Drives independen/Disk).

Namun disisi lain, walau sinema digital memiliki keuntungan dalam tahap produksi dan pascaproduksi namun penayangannya masih menjadi hambatan. Sebagian besar bioskop masih menggunakan teknologi pemutar sinema seluloid. Satunya-satunya cara agar sinema digital bisa diputar di bioskop hanyalah dengan mencetaknya kembali dalam pita seluloid. Sedangkan tidak semua sinema digital yang berformat video bisa ditransfer menjadi seluloid karena standar video.

Digital Distribution dan Exhibition

Dengan adanya digital distribution dan exhibition jelas tidak hanya membawa keuntungan untuk pihak minoritas dan Negara dunia ketiga namun juga membawa keuntungan bagi pihak penyedia. Untuk industry film mainstream film yang berformat digital bisa didownload melalui server-server dari provider. Metode ini relative lebih murah karena hanya berupa salinan. Dengan beberapa ribu rillis setahun, tabungan yang ditwarkan oleh distribusi digital lebih dari $ 1 miliar. Saat ini untuk pendistribusian sebuah salinan film dapat memanfaatkan DVD, Hard Drive, maupun melalui satelit. Sebagai salah satu tindakan pengamanan untuk mencegah pembajakan dilakukan pengenkripsian data yang terdapat pada salah satu platform. 

Distribusi digital memungkinkan rilis yang  lebih murah, seperti halnya pada  tahap sebelumnya yaitu teknologi audiovisual  (sound systems, videotape formats, dll). Namun terkadang format file yang diterima oleh pihak receiver tidak kompatibel antara kompresi dengan server.  Dengan adanya hal ini berarti film saat ini harus didistribusikan dalam berbagai format.

Pada Maret 2002, 'Digital Cinema Inisiatives' dibentuk oleh studio besar, seperti : Disney, Fox, MGM, Paramount, Sony Pictures, Universal dan Warner  untuk mengembangkan spesifikasi arsitektur terbuka untuk sinema digital yang dapat diambil oleh semua pihak industri.

Conclusion

Pada akhir 1990-an, digital cinema memegang peranan penting dalam proses pembuatan film modern yang pada awalnya menggunakan pita seluloid dengan biya produksi yang cukup mahal. Dengan hadirnya digital cinema,yang mengubah gambar kedalam format digital jenis gambar yang dapat dihasilkan begitu terasa sangat berbeda bila disbanding pada masa pra-digital. 

sumber : "Digital Cultures Understanding New Media” By Glen Creeber and Royston Martin

2 komentar: