Hallo teman-teman blogger, pembahasan kita sekarang yaitu membahas mengenai Digital cinema atau film berformat digital.
Anda tertarik dengan dunia film? Seberapa jauh anda mengikuti perkembangan dunia film? Selain itu apakah anda ingin mengeksplorasikan diri anda di dunia perfilman? Mungkin hanya anda sendirilah yang tahu jawabannya. Hehehehe
Langsung saja kita kepembahasan digital cinema, banyak orang yang mengartikan cinema adalah film atau movie. Film adalah Sebuah tontonan yang dapat kita nikmati di layar kaca atau bioskop. Nah, untuk mengetahui lebih jauh, monggo disimak.
Digital cinema atau kita bisa mengartikannya sebagai film yang berformat digital merupakan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak, pendistribusiannya bisa melalui perangkta keras berupa piringan optik seperti DVD (Digital Versatile/Video Disc) ataupun melalui satelit, bahkan sekaraang sudah banyak yang memanfaatkan teknologi blueray, karena memiliki kualitas gambar yang jauh lebih baik daripada DVD.
Untuk penayangan sebuah film di bioskop, biasanya dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit. Sebagai contoh, dari satu bioskop di Depok, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit. sehingga tidak perlu dilakukan salinan film.
Perbedaan Digital Cinema dengan Conventional Digital
Perbedaan yang paling mendasar antara Digital Cinema dengan Conventional Digital adalah dalam hal visualisasi dan suara. Pada digital cinema, Visualisasinya berbentuk garis-garis, sementara Conventional Digital yang menggunakan media pita seluloid, sehingga terkesan struktur visualisasinya berupa titik-titik. Sedangkan untuk kualitas suara, Digital Cinema hanya dapat memberi kualitas suara stereo. Sementara conventional Digital, memiliki kualitas suara dolby surround.
Proses Pembuatan Film
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai tahap pembuatan film, ternyata dalam membuat sebuah film itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan, untuk menghasikan sebuah film yang berkualitas dibutukan kemampuan yang cukup, agar film yang digarap bisa memikat masyarakat untuk menontonnya.
Pra Produksi
Pra produksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Pada tahap ini dilakukan sejumlah persiapan pembuatan film, diantaranya meliputi penulisan naskah skenario, menentukan jadwal pengambilan gambar, mencari lokasi, menyusun anggaran biaya, mencari/mengaudisi calon pemeran, mengurus perizinan, menentukan staff dan kru produksi, mengurus penyewaan peralatan produksi film, serta persiapan-persiapan lainnya.
Produksi
Tahap selanjutnya adalah tahap produksi, tahap ini merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna.
Pascaproduksi
Pada tahap ini terdapat beberapa aktivitas seperti pengeditan film, pemberian efek khusus, pemberian suara/music, pengkoreksian warna, menambah animasi, dan sebagainya, yang bertujuan untuk menambah nilai jual sebuah film.
Teknik Dasar Editing
untuk melakukan editing, ternyata ada dua jenis teknik editing yang umum digunakan, yaitu:
1. Linear Editing/Analog Editing
Teknik ini dilakukan dengan menata gambar satu per satu atau setiap shot secara urut dari awal sampai akhir, sehingga tercipta kesinambungan. Jadi seandainya terjadi kesalahan, maka editor harus mengulangi pekerjaannya mulai dari titik awal kesalahan. Karena itu, sangat dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi dalam linear editing. Susah juga yah teknik editing yang satu ini.
2. Nonlinear Editing/ Digital Editing
Kalo teknik yang satu ini sedikit lebih mudah dan praktis dibanding dengan teknik analog. Editing ini dapat dilakukan secara acak, tidak harus dikerjakan dari awal hingga akhir secara runtut. Jika terjadi kesalahan, editor pun tak perlu mengulangi hasil pekerjaannya dari awal.
Hardware yang digunakan
Untuk menghasilkan sebuah digital cinema, dibutuhkan beberapa peralatan yang memenuhi, diantaranya kamera dan proyektor.
Kamera Digital
Kebanyakan kamera digital saat ini sudah bisa merekam dengan resolusi 1920x1080 menggunakan kamera seperti Sony CineAlta, Panavision Genesis atau Thomson Viper. Selain itu, Kamera-kamera baru seperti Arriflex D-20 dapat menangkap gambar dengan resolusi 2K, dan kamera bernama Red One keluaran perusahaan Red Digital Cinema Camera Company dapat merekam dengan resolusi 4K. Baru-baru ini perusahaan Dalsa Corporations Origin mengembangkan kamera yang dapat merekam dengan resolusi 4K RAW. Bahkan ada kamera yang dapat merekam hingga 5K seperti RED EPIC. Bisa dibayangkan kan, bagaaimana kualitas gambar yang mampu dihasilkan dari salah satu kamera ini.
Proyektor
Untuk menampilkan digital cinema dibutuhkan sebuah proyektor yang berbeda dengan proyektor untuk menampilkan conventional cinema, apalagi proyektor yang digunakan di kampus-kampus atau kantor-kantor lainnya, jelas jauh berbeda.
Ada beberapa tipe proyektor yang digunakan untuk menayangkan digital cinema, diantaranya proyektor DLP dan DCI. Untuk Proyektor DLP resolusi yang dihasilkan sebesar 1280×1024 atau setara dengan 1.3 megapiksel. Sedangkan proyektor DCI memiliki dua jenis spesifikasi, yaitu 2K (2048×1080) atau setara 2.2 MP dan 4K (4096×2160) atau setara dengan 8.85 MP. Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi "SXRD" . Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resolusi 4096x2160 (4K) dan memiliki piksel empat kali lebih banyak dari pada proyektor 2K. Proyektor sinema digital Sony juga memiliki harga yang kompetitif dengan proyektor DLP 2 K yang memiliki resolusi lebih rendah (2048x1080 atau setara dengan 2.2 megapiksel).
Software
Dalam pembuatan digital cinema dibutuhkan software yang mampu memberikan kemudahan dalam mengolah gambar, berdasarkan sumber yang saya baca bahwa Adobe menawarkan standar baru format file dokumentasi terbuka untuk industri film demi menghindari inkompatibilitas format file dan menekan tingginya biaya pembuatan film. Adobe merupakan perusahaan yang terkenal dengan aplikasi editing video dan foto dan pembuat produk software populer, seperti Adobe Photoshop dan Adobe Premier Pro.
Adobe mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan sebuah format file terbuka untuk file digital cinema. Format yang nantinya akan diberi nama CinemaDNG ini berbasiskan format milik Adobe, yakni Adobe Negative file format yang biasa digunakan untuk fotografi digital
Perkembangan Dunia Perfilman Saat Ini
Perkembangan dunia perfilman begitu sangat pesat dimulai dengan film konvensional hingga film berformat digital. Pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang dengan begitu pesatnya hingga sekarang film dapat dinikmati sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata, bahkan saat ini dunia perfilman mengadopsi efek 3 dimensi yang mutakhir. Salah satu film yang sudah menggunakan teknologi 3 dimensi adalah Film AVATAR.
Sudahkah anda menonton film Avatar??? anda sendirilah yang tahu jawabannya, untuk yang belum nonton silahkan download filmnya atau beli DVD nya di toko-toko terdekat, supaya tidak penasaran.
Film Avatar menggunakan teknologi 3 dimensi yang paling mutakhir, film yang disutradari oleh james Cameron memang menampalkan potongan-potongan gambar yang sangat baik, yang membuat setiap orang begitu tercengang melihat hasil yang ditampilkan. Film ini diproduksi oleh LightStrom Enteraiment, yang menggunakan teknologi CGI (Computer-Generated Imagery) hasil kerja sama dengan Weta Digital asal Selandia Baru.
Pengambilan gambarnya menggunakan sistem kamera fusion 3D, serta sang sutradara tak lupa memberikan sentuhan resolusi film 3D high-resolution dari Los Angles Studio, yang kemudian harus diterjemahkan ke dalam komponen film.
Produksi film Avatar menghasilkan puluhan terabyte data dalam berbagai format, termasuk file digital yang besar dan file metadata instruksional. Data Terabyte diciptakan setiap pekan dan terkadang bisa sampai satu hari.
Opini
Perkembangan teknologi perfilman memang begitu pesat, mulai dari film hitam putih, hingga film berwarna yang memanfaatkan teknologi 3D. Saya sebagai salah satu pecinta film merasa begitu terhibur dan merasa kagum dengan penggunaan teknologi-teknologi canggih yang digunakan dalam penggarapan sebuah film sehingga mampu menghasilkan efek yang terkesan real/nyata. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, seperti kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, karena kita lebih senang nonton film daripada melakukan hal-hal positif sosial lainnya.
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_digital
http://computers-it.blogspot.com/2009/06/adobe-kembangkan-open-digital-cinema.html
http://www.nasriyadinasir.co.cc/2010/02/tentang-film-avatar.html
Anda tertarik dengan dunia film? Seberapa jauh anda mengikuti perkembangan dunia film? Selain itu apakah anda ingin mengeksplorasikan diri anda di dunia perfilman? Mungkin hanya anda sendirilah yang tahu jawabannya. Hehehehe
Langsung saja kita kepembahasan digital cinema, banyak orang yang mengartikan cinema adalah film atau movie. Film adalah Sebuah tontonan yang dapat kita nikmati di layar kaca atau bioskop. Nah, untuk mengetahui lebih jauh, monggo disimak.
Digital cinema atau kita bisa mengartikannya sebagai film yang berformat digital merupakan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak, pendistribusiannya bisa melalui perangkta keras berupa piringan optik seperti DVD (Digital Versatile/Video Disc) ataupun melalui satelit, bahkan sekaraang sudah banyak yang memanfaatkan teknologi blueray, karena memiliki kualitas gambar yang jauh lebih baik daripada DVD.
Untuk penayangan sebuah film di bioskop, biasanya dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit. Sebagai contoh, dari satu bioskop di Depok, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit. sehingga tidak perlu dilakukan salinan film.
Perbedaan Digital Cinema dengan Conventional Digital
Perbedaan yang paling mendasar antara Digital Cinema dengan Conventional Digital adalah dalam hal visualisasi dan suara. Pada digital cinema, Visualisasinya berbentuk garis-garis, sementara Conventional Digital yang menggunakan media pita seluloid, sehingga terkesan struktur visualisasinya berupa titik-titik. Sedangkan untuk kualitas suara, Digital Cinema hanya dapat memberi kualitas suara stereo. Sementara conventional Digital, memiliki kualitas suara dolby surround.
Proses Pembuatan Film
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai tahap pembuatan film, ternyata dalam membuat sebuah film itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan, untuk menghasikan sebuah film yang berkualitas dibutukan kemampuan yang cukup, agar film yang digarap bisa memikat masyarakat untuk menontonnya.
Pra Produksi
Pra produksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Pada tahap ini dilakukan sejumlah persiapan pembuatan film, diantaranya meliputi penulisan naskah skenario, menentukan jadwal pengambilan gambar, mencari lokasi, menyusun anggaran biaya, mencari/mengaudisi calon pemeran, mengurus perizinan, menentukan staff dan kru produksi, mengurus penyewaan peralatan produksi film, serta persiapan-persiapan lainnya.
Produksi
Tahap selanjutnya adalah tahap produksi, tahap ini merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna.
Pascaproduksi
Pada tahap ini terdapat beberapa aktivitas seperti pengeditan film, pemberian efek khusus, pemberian suara/music, pengkoreksian warna, menambah animasi, dan sebagainya, yang bertujuan untuk menambah nilai jual sebuah film.
Teknik Dasar Editing
untuk melakukan editing, ternyata ada dua jenis teknik editing yang umum digunakan, yaitu:
1. Linear Editing/Analog Editing
Teknik ini dilakukan dengan menata gambar satu per satu atau setiap shot secara urut dari awal sampai akhir, sehingga tercipta kesinambungan. Jadi seandainya terjadi kesalahan, maka editor harus mengulangi pekerjaannya mulai dari titik awal kesalahan. Karena itu, sangat dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi dalam linear editing. Susah juga yah teknik editing yang satu ini.
2. Nonlinear Editing/ Digital Editing
Kalo teknik yang satu ini sedikit lebih mudah dan praktis dibanding dengan teknik analog. Editing ini dapat dilakukan secara acak, tidak harus dikerjakan dari awal hingga akhir secara runtut. Jika terjadi kesalahan, editor pun tak perlu mengulangi hasil pekerjaannya dari awal.
Hardware yang digunakan
Untuk menghasilkan sebuah digital cinema, dibutuhkan beberapa peralatan yang memenuhi, diantaranya kamera dan proyektor.
Kamera Digital
Kebanyakan kamera digital saat ini sudah bisa merekam dengan resolusi 1920x1080 menggunakan kamera seperti Sony CineAlta, Panavision Genesis atau Thomson Viper. Selain itu, Kamera-kamera baru seperti Arriflex D-20 dapat menangkap gambar dengan resolusi 2K, dan kamera bernama Red One keluaran perusahaan Red Digital Cinema Camera Company dapat merekam dengan resolusi 4K. Baru-baru ini perusahaan Dalsa Corporations Origin mengembangkan kamera yang dapat merekam dengan resolusi 4K RAW. Bahkan ada kamera yang dapat merekam hingga 5K seperti RED EPIC. Bisa dibayangkan kan, bagaaimana kualitas gambar yang mampu dihasilkan dari salah satu kamera ini.
Proyektor
Untuk menampilkan digital cinema dibutuhkan sebuah proyektor yang berbeda dengan proyektor untuk menampilkan conventional cinema, apalagi proyektor yang digunakan di kampus-kampus atau kantor-kantor lainnya, jelas jauh berbeda.
Ada beberapa tipe proyektor yang digunakan untuk menayangkan digital cinema, diantaranya proyektor DLP dan DCI. Untuk Proyektor DLP resolusi yang dihasilkan sebesar 1280×1024 atau setara dengan 1.3 megapiksel. Sedangkan proyektor DCI memiliki dua jenis spesifikasi, yaitu 2K (2048×1080) atau setara 2.2 MP dan 4K (4096×2160) atau setara dengan 8.85 MP. Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi "SXRD" . Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resolusi 4096x2160 (4K) dan memiliki piksel empat kali lebih banyak dari pada proyektor 2K. Proyektor sinema digital Sony juga memiliki harga yang kompetitif dengan proyektor DLP 2 K yang memiliki resolusi lebih rendah (2048x1080 atau setara dengan 2.2 megapiksel).
Software
Dalam pembuatan digital cinema dibutuhkan software yang mampu memberikan kemudahan dalam mengolah gambar, berdasarkan sumber yang saya baca bahwa Adobe menawarkan standar baru format file dokumentasi terbuka untuk industri film demi menghindari inkompatibilitas format file dan menekan tingginya biaya pembuatan film. Adobe merupakan perusahaan yang terkenal dengan aplikasi editing video dan foto dan pembuat produk software populer, seperti Adobe Photoshop dan Adobe Premier Pro.
Adobe mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan sebuah format file terbuka untuk file digital cinema. Format yang nantinya akan diberi nama CinemaDNG ini berbasiskan format milik Adobe, yakni Adobe Negative file format yang biasa digunakan untuk fotografi digital
Perkembangan Dunia Perfilman Saat Ini
Perkembangan dunia perfilman begitu sangat pesat dimulai dengan film konvensional hingga film berformat digital. Pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang dengan begitu pesatnya hingga sekarang film dapat dinikmati sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata, bahkan saat ini dunia perfilman mengadopsi efek 3 dimensi yang mutakhir. Salah satu film yang sudah menggunakan teknologi 3 dimensi adalah Film AVATAR.
Sudahkah anda menonton film Avatar??? anda sendirilah yang tahu jawabannya, untuk yang belum nonton silahkan download filmnya atau beli DVD nya di toko-toko terdekat, supaya tidak penasaran.
Film Avatar menggunakan teknologi 3 dimensi yang paling mutakhir, film yang disutradari oleh james Cameron memang menampalkan potongan-potongan gambar yang sangat baik, yang membuat setiap orang begitu tercengang melihat hasil yang ditampilkan. Film ini diproduksi oleh LightStrom Enteraiment, yang menggunakan teknologi CGI (Computer-Generated Imagery) hasil kerja sama dengan Weta Digital asal Selandia Baru.
Pengambilan gambarnya menggunakan sistem kamera fusion 3D, serta sang sutradara tak lupa memberikan sentuhan resolusi film 3D high-resolution dari Los Angles Studio, yang kemudian harus diterjemahkan ke dalam komponen film.
Produksi film Avatar menghasilkan puluhan terabyte data dalam berbagai format, termasuk file digital yang besar dan file metadata instruksional. Data Terabyte diciptakan setiap pekan dan terkadang bisa sampai satu hari.
Opini
Perkembangan teknologi perfilman memang begitu pesat, mulai dari film hitam putih, hingga film berwarna yang memanfaatkan teknologi 3D. Saya sebagai salah satu pecinta film merasa begitu terhibur dan merasa kagum dengan penggunaan teknologi-teknologi canggih yang digunakan dalam penggarapan sebuah film sehingga mampu menghasilkan efek yang terkesan real/nyata. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, seperti kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, karena kita lebih senang nonton film daripada melakukan hal-hal positif sosial lainnya.
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_digital
http://computers-it.blogspot.com/2009/06/adobe-kembangkan-open-digital-cinema.html
http://www.nasriyadinasir.co.cc/2010/02/tentang-film-avatar.html
2 komentar:
artikelnya menarik nihhh ijin copas ya???
jgn lupa mampir ke blog ane gan franzkarona.blogspot.com
thanks gan :):)
oke gan..thanks yah..kalo copas mending blog ane buat refrensi aja..
sip kapa-kapan ane maen ke blog agan.
Posting Komentar